Ilmuwan: Hantu Hanya Efek Tipuan Otak Manusia
Ilmuwan: Hantu Hanya Efek Tipuan Otak Manusia
Ahli saraf di Swiss berhasil membuktikan bahwa hantu hanyalah efek dari tipuan otak manusia.
Dream - Para ahli saraf di Swiss berhasil membuktikan bahwa hantu hanyalah efek dari tipuan otak manusia. Kesimpulan tim yang dipimpin Olaf Blanke ini didapat setelah mereka melakukan percobaan tentang hantu di laboratorium.
Menurut profesor dari Ecole Polytechnique Federale de Lausanne (EPFL) di Swiss, dikutip Dream dari Daily Mail, Sabtu 2 Mei 2015, relawan dalam percobaan mereka mengatakan ada 'kehadiran' yang tak biasa.
Untuk membuat sensasi kehadiran tak biasa atau hantu itu, Blanke dan timnya menciptakan robot mini yang mengirimkan sinyal sensorik ke otak para relawan dengan mata tertutup.
Sinyal sensorik itu akan dipantau selama para relawan menjalani percobaan. Dari percobaan itu, Blanke menyimpulkan bahwa hantu hanyalah permainan dari otak manusia.
Untuk membuktikannya, Blanke meminta 12 relawan untuk mengambil bagian dalam percobaan yang merupakan gabungan dari gerakan dan sinyal otak mereka. Ke-12 relawan tersebut memiliki berbagai kondisi yang bisa memengaruhi otak, di antaranya epilepsi, migrain, kanker dan skizofrenia.
Relawan dengan mata tertutup diminta melakukan gerakan tangan yang sudah terhubung pada robot mini. Sementara di belakang mereka, perangkat robot lain memproduksi kembali gerakan dan menyentuh bagian punggung relawan.
Setelah melakukan percobaan, Blanke melihat ada kelainan pada daerah otak yaitu kesadaran diri, gerakan dan posisi dalam ruang saat dilakukan pemindaian MRI.
Daerah otak ini bersama-sama berkontribusi menciptakan sinyal multi sensorik, yang akan memicu perubahan persepsi dari tubuh relawan sendiri. Sehingga mereka akan merasakan ada kehadiran yang tak biasa.
Tahap percobaan selanjutnya dilakukan terhadap seorang relawan yang sehat. Saat dilakukan secara real time, otak relawan bisa beradaptasi dan mengenali gerakan mereka sendiri.
Tapi saat peneliti melakukan penundaan sementara dalam beberapa milidetik, maka relawan tersebut merasakan kehadiran hantu yang menakutkan.
Relawan mengaku merasa ada hantu di belakang mereka dan minta percobaan untuk dihentikan.
"Dengan demikian sensasi kehadiran hantu dapat timbul dalam kondisi normal. Hal ini menegaskan kehadiran hantu disebabkan oleh perubahan persepsi tubuh mereka sendiri di otak," kata Blanke.
Inilah alasannya penampakan hantu sering dilihat oleh orang-orang dalam situasi fisik atau emosional yang ekstrem.
Dalam keadaan normal, otak mampu membentuk persepsi tubuh yang bersatu, tapi ketika tidak berfungsi dengan baik, otak menciptakan representasi kedua dari tubuh relawan.
Blanke menjelaskan tujuan utama penelitian ini untuk lebih memahami beberapa gejala kondisi neurologis atau kejiwaan seperti skizofrenia.
Ia berharap terapi hantu ini bisa menjadi jalan untuk menciptakan perangkat wearable yang bisa membantu pasien neurologis di masa depan dengan membalikkan efeknya. Hasil peneliti Blanke ini telah diterbitkan di jurnal Current Biology.
0 comments:
Post a Comment