Kota Hantu Ini Ditawarkan Rp 3,4 Miliar
Kota Hantu Ini Ditawarkan Rp 3,4 Miliar
Jika Anda punya dana sekitar Rp 3,4 miliar saat ini, Anda mungkin tertarik membeli sebuah kota di Amerika Serikat.
Kota yang memiliki sumber mata air sendiri dan terletak di South
Dakota itu ditawarkan seharga US$ 250 ribu, kata sebuah agen properti
pada Senin kemarin.
Namun jangan membayangkan itu adalah sebuah kota yang ramai dan padat
penduduknya. Kota bernama Swett tersebut adalah kota hantu yang
terletak 160 kilometer tenggara Rapid City, South Dakota.
Kota mati seluas 2.428 meter persegi itu memiliki fasilitas sebuah
kedai minuman, rumah dengan tiga kamar tidur, dan bekas sebuah toko ban.
Anda tertarik?
Wajah Warga di Kota Hantu Ini Melepuh Jika Kena Sinar Matahari
Kota Araras di Sao Paulo, Brasil tampak seperti kota hantu karena
sebagian besar penduduknya harus selalu tinggal di dalam rumah
Sebanyak 600 dari 800 populasi Araras menderita penyakit genetik aneh bernama Xeroderma Pigmentosum (XP).
Penyakit ini menyebabkan penderitanya tidak tahan sinar ultra violet
matahari sehingga mereka harus selalu berada di tempat teduh.
Sedikit saja kulit mereka terpapar sinar matahari, maka akan melepuh
dan meninggalkan cacat permanen. Kulit mereka tidak bisa melakukan
regenerasi sel sehingga tidak bisa sembuh jika terluka.
Dari 600 yang menderita penyakit aneh ini, 20 sudah dalam taraf kritis dan sudah masuk dalam kategori kanker kulit yang agresif.
Salah satu warga Araras yang menderita XP hingga tingkat parah adalah
Djalma Jardin. Dia hanya punya satu mata yang tidak dapat menutup. Dia
menghabiskan hari-harinya di dalam ruangan karena kelainan genetik
langka tersebut.
Wajah Jardin bahkan terlihat menakutkan akibat penyakit XP ini. Dia
tidur dengan plester di seluruh wajahnya. "Jika keluar rumah, matahari
terasa membakar saya," katanya.
Kelainan genetik ini begitu menakutkan hingga bisa membuat seseorang
cacat atau bahkan meninggal dunia. Seperti Jardin yang kondisinya
semakin parah hingga ia meninggal setelah melakukan wawancara.
Peternak Deide juga telah kehilangan banyak bagian wajahnya dengan kondisi yang tak bisa disembuhkan.
"Saya menjalani operasi untuk menghilangkan langit-langit dan tulang
rahang bagian kanan. Saya harus menggunakan prostesis agar bisa bicara,"
ujarnya.
Sebagian warga yang tidak mengalami kondisi aneh itu bertanya-tanya
tentang apa yang telah terjadi dengan mereka yang menderita. Ada yang
menyebut itu adalah penyakit seksual menular, yang lainnya yakin XP ini
adalah kutukan dari Tuhan.
Hingga seorang ahli biologi genetik Brasil di Sao Paulo, Carlos
Menck, datang ke desa Araras untuk melakukan penelitian. Dari
pengamatannya, Carlos mengatakan XP ini bukan penyakit menular tetapi
penyakit turunan.
Setelah menjalankan tes pada semua penduduk desa, Carlos dan timnya menemukan 600 dari 800 warga desa membawa gen XP.
Hal ini dapat ditelusuri kembali ke keluarga tiga pemukim pertama di desa itu yang berasal dari Portugis.
Ahli dermatologi Sulamita Chaibub menambahkan, di Araras terdapat
konsentrasi orang dengan gen rusak yang tetap menikah satu sama lain,
sehingga gen menjadi dominan dan penyakit ini tetap berkembang.
Hingga saat ini tidak ada obat untuk XP ini. Tetapi warga
diperingatkan untuk benar-benar menjauh dari sinar matahari. Carlos
berharap saran ini akan menyelamatkan banyak nyawa warga desa Araras.
(Sumber: Daily Mail)