Pilunya Korban Perdagangan Manusia: Melahirkan Seorang Anak

Pilunya Korban Perdagangan Manusia: Melahirkan Seorang Anak

Suatu hari, ketika ia bekerja di sebuah hotel yang terkenal sebagai lokasi prostitusi, polisi muncul. Polisi menendang para pelacur keluar dari hotel dan menutup hotel. Karla pikir itu hari keberuntungannya - sebuah operasi untuk menyelamatkan dia dan gadis-gadis lain.

Namun rasa lega berubah dengan cepat menjadi horor ketika polisi, sekitar 30 orang, memaksa gadis-gadis itu masuk kamar dan mulai merekam video mereka dalam posisi yang tidak senonoh. Gadis-gadis diberitahu video tersebut akan dikirim ke keluarga mereka jika mereka tidak melakukan keinginan para polisi tersebut.

"Polisi-polisi itu menjijikkan. Mereka tahu bahwa kami anak di bawah umur. Kami bahkan belum dewasa. Ada gadis yang baru berusia 10 tahun. Ada gadis yang menangis. Mereka mengatakan kepada petugas mereka anak di bawah umur dan tidak ada yang menggubris," kata Karla. Dia berusia 13 tahun saat itu.

Dalam dunia mimpi buruknya itu Karla bahkan hamil sehingga kehidupan yang sudah horor menjadi lebih mengerikan.

Karla melahirkan bayi perempuan saat usianya masih 15 tahun. Bayi tersebut malah menjadi alat untuk memeras Karla: jika Karla tidak memenuhi keinginan mucikarinya, bayi tersebut akan dilukai atau bahkan dibunuh.

Pria tersebut mengambil bayi Karla satu bulan setelah dia lahir. Dan Karla tidak diizinkan untuk melihatnya lagi sampai putrinya itu berusia lebih dari satu tahun.

Karla Jacinto akhirnya diselamatkan pada tahun 2008 setelah operasi anti-perdagangan manusia besar-besaran digelar di Mexico City.

Cobaan hidupnya berlangsung empat tahun dan sangat menyiksa. Dia masih kecil, hanya berusia 16 tahun, ketika semuanya berakhir. Tetapi Karla telah mengalami kehidupan horor yang akan menghantuinya selama masih hidup.

Karla kini berusia 23 tahun. Dia telah menjadi advokat vokal terhadap perdagangan manusia dengan menceritakan kisahnya di konferensi dan acara-acara publik.

Dia menceritakan kisahnya kepada Sri Paus Francis pada bulan Juli di Vatikan. Dia juga mengisahkan kehidupannya yang kelam kepada Kongres AS pada bulan Mei.

Kesaksiannya digunakan sebagai bukti untuk mendukung HR 515 atau Hukum Megan yang mengamanatkan pemerintah AS berbagi informasi yang berkaitan dengan pelaku kejahatan seksual anak Amerika ketika narapidana tersebut mencoba untuk bepergian ke luar negeri.

0 comments:

Post a Comment